Saturday, 22 February 2014

Puisi " Syuriah Gelora Darah "



Syuriah Gelora Darah

Syuriah, kota lembaran buram, buramnya wajah kelopak hati membelai kasih. Semut kota beserta sarangnya mulai runtuh ke lubang suram. Mata hati terbelalak dengan cairnya elegi pagi yang muram.


Deriak pasang jerit berudara tak henti-hentinya mengeluarkan buaian darah terhina dengan tetesan air tak bermuara mulai menggenangi dihiasi dengan kesenangan tawa tak bercelah pikir. Beribu nyawa putih berdera dengan kematiannya. Siang malam memanjakan dengan panas bercampur tanah, merangak di padang luas tak henti-hentinya mencicipi ledakan dan tembakan.

 
Syuriah, kota dentuman suara suci yang mengerling. Bergunung mesiu ditaburkan dalam suasana yang berkabut kebengisan cinta dan mati adalah hal yang musti dikabulkan. Siulan “Dumm !” “Dorr !” “Darr !” adalah nyanyian dari komponis congkak kala ini. Kini tikar maut semakin unjuk gigi dan lantai kotapun menjadi sandarannya, penuh dengan jenazah berkain abu gelap. Kini arah memberi isyarat jeritan cuaca kian menebal. 


Menjemur nyawa dalam ambisi ketika baris gelaktawa berderet sepanjang kolam dan deret tangisan berbaris sepanjang danau. Dupa suci yang kian berdebu dan kian memelas putih dari nyawa yang bertumbangan akibat jilatan kematian. Keranda abu-abu dan tiang lahat berlobang menjadi saksi dalam persidangan tangisan sekaligus menjadi papan mereka tidur. Begitu pijakan darah bening mengalir yang kian tak bermuara menuju pipi yang mulai terlihat bengis menutup kotak dendam pada buaian penjajah hitam. 

 Syuriah kota yang menggenggam berjuta asa suci yang menghiasi diiringi bintang hijau yang ingin meluap, namun apa daya deretan kasih dan ukiran iba belum tertelan kini laksana buaian hati penjilat yang berwarnakan ambisi.


Syuriah gelora perang, gelora derita, gelora darah

Dibuat oleh : Watub Maulana

No comments:

Post a Comment